Showing posts with label Serba-serbi. Show all posts

  • Image by: bola.com
    Surabaya - Keberhasilan Surabaya Bhayangkara Samator menjuarai Proliga 2019 sekali lagi membuktikan ketangguhan klub voli putra itu di pentas nasional. Mereka telah mengoleksi tujuh gelar Proliga dan menjadi yang terbanyak di antara kontestan lain.

    Tosser Samator, Yosvani Gonzales Nicolas, menilai Indonesia sebenarnya memiliki pevoli berkualitas. Itu sudah dibuktikan dengan enam pemain timnas voli putra yang berada satu tim dengannya.

    Namun, Nicolas memiliki penilaian lain soal perkembangan voli di Indonesia. Hanya bermain di dalam negeri saja tak cukup. Pemain asal Kuba itu menyarankan pevoli Indonesia untuk berani berkarier di luar negeri.

    "Kalau Anda berkarier di luar negeri, Anda akan menjadi pemain asing dan di sana termotivasi membawa nama negara semakin baik. Pemain voli harus menambah pengalamannya dan tidak puas dengan apa yang diraihnya,” kata Nicolas.

    Seperti diketahui, selama bertahun-tahun Samator menjadi klub voli putra yang paling banyak menyumbang pemain ke timnas. Enam pemain yang mereka miliki saat ini adalah Rendy Tamamilang, Rivan Nurmulki, Nizar Julfikar, Machfud Nurcahyadi, Yudha Mardiansyah Putra, dan Galih Bayu Saputra.

    Mayoritas pemain Samator saat ini pun telah bergabung sejak menjuarai Proliga edisi 2016 dan 2018. Kebanyakan pemain lokal klub asal Surabaya itu tidak memutuskan hengkang karena telah menjadi didikan klub sejak remaja.

    “Pengalaman bermain di luar negeri itu penting. Pemain akan merasakan atmosfer baru dan bisa membagikannya kepada pemain lokal lain. Saya harap ada usaha di Indonesia untuk membawa pemain bisa berkarier di negara Asia lain misalnya,” imbuh Nicolas yang telah bergabung Samator sejak musim lalu itu.

    Selama ini, pevoli Indonesia memang jarang ditemui berkarier di luar negeri. Sebaliknya, Proliga justru menjadi magnet bagi pevoli Thailand, Malaysia, dan negara Asia lainnya sebagai jujugan untuk berkompetisi.

    Pemain Asing Samator Sarankan Pevoli Indonesia Berkarier di Luar Negeri

    0

  • Jawa pos radar solo
    Cantik, tinggi, tapi memiliki pukulan mematikan. Itulah Shindy Sasgia. Saat di atas lapangan dia bisa mengintimidasi lawan, namun ketika tampil di atas cat walk penampilannya berubah menjadi anggun dan menawan. Seperti apa Shindy menjalani dua profesi yang berbeda ini ?

    Proliga 2019 menjadi debut seorang Shindy Sasgia Dwi Yuniar Liswanti sebagai atlet bola voli profesional. Perempuan 21 tahun ini bergabung dengan tim putri Jakarta Elektrik PLN. Dia menjadi satu-satunya atlet voli perempuan asli Solo yang berlaga di liga voli tertinggi di Indonesia itu.

    Memiliki tinggi badan 182 centimeter, Shindy, begitu dia akrab disapa, mengaku hasil yang diraih saat ini adalah kristalisasi dari ketekunan yang dijalani di dunia voli.  Sebelum direkrut klub voli nasional anak bungsu dari dua bersaudara ini mengenyam beberapa tim profesional dan amatir.

    “Dipanggil PLN sebenarnya sejak musim 2018, tapi saya harus menyelesaikan kontrak dengan tim sebelumnya. Pada 2017 saya ikut klub Batam, 2016 di Bekasi,” kata Shindy kepada Jawa Pos Radar Solo saat ditemui di kampusnya belum lama ini.

    Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta ini mengaku sebenarnya dia tidak memiliki cita-cita sebagai atlet voli. Selayaknya anak kecil, dia memiliki cita-cita yang dianggap menyenangkan untuk dijalani. Salah satu yang sempat diinginkannya adalah menjadi model. Keinginan itu didukung dengan postur tubuh yang tinggi dan wajah cantik. “Sejak SMP saya sudah kelihatan tinggi,” ucap penyuka nasi goreng ini.

    Berawal dari tawaran menjadi model sebuah produk baju batik di Kota Solo, Shindy mulai mencoba peruntungan. Tawaran pertama saat kelas 2 SMP itu diterima dan sukses. Kemudian menjadi candu, setiap gelaran peragaan busana terus diikuti. Tetap rajin berjalan di catwalk, dia diminta sang ayah untuk bergabung di klub voli. Keinginan yang sebenarnya malas untuk dikerjakan, namun dia tak bisa menolaknya. Apalagi harus memulai aktivitas olahraga yang sama sekali belum pernah dilakukan.

    "Saya memang hobi olahraga, tapi badminton waktu SD. Ini dipaksa Papa buat ikut voli. Mungkin karena lihat badan saya tinggi. Saya sampai menangis pas pegang bola voli pertama kali,” kisahnya.

    Dia masih ingat saat mengikuti latihan kali pertama di SD Cemara Dua dari pukul 16.00 hingga 18.00. Waktu dua jam itu dia habiskan dengan penuh rasa malas. Sepanjang latihan dia terus menangis dan berharap latihan segera selesai. Kesedihan itu tetap berlangsung beberapa hari. Namun sang ayah kembali memaksa untuk mengikuti latihan di hari berikutnya. Hingga akhirnya Shindy pasrah dan harus menikmati kebersamaan dengan tim volinya. “Sampai SMA kelas 1 masih ikut latihan dan mulai diikutkan kejuaraan,” ujarnya.

    Bersama tim Popda Kabupaten Boyolali, Shindy memulai kompetisi dengan kekalahan. Mepetnya waktu pembentukan tim menjadi penyebabnya. Namun dari event itu dia mendapatkan keberuntungan. Dinilai bermain apik secara individu, PPLP Daerah Salatiga memanggilnya untuk mengikuti training center. Sebuah program yang menuntutnya untuk berpindah sekolah ke kota orang.

    “Saya tidak pernah jauh dari orang tua. Saat itu saya harus pisah. Pada saat itulah saya ingin melakukan hal yang terbaik. Masak sudah jauh-jauh tapi sama saja,” katanya.

    Mulai dari titik itulah seorang yang menangis saat memegang bola voli untuk kali pertama kini menjadi open spiker andalan nasional. Namanya pernah tercatat sebagai pemain timnas voli putri Indonesia yang berlaga di Vietnam pada 2016. Menghadapi negara se Asia, Shindy dan kawan-kawan berhasil merebut medali perunggu. Sebuah moment yang paling membahagiakan dalam sejarah karirnya.

    Kini ia percaya bahwa perjuangan yang dilakukan selama ini dilakukan membuahkan hasil yang setimpal. Bahkan beberapa keajaiban dapat terjadi sekaligus. Sejak Maret 2018, Shindy kembali menggeluti dunia model di sela-sela bermain voli. Dengan modal tinggi, cantik namun tetap berkulit putih menjadikan dia makin anggun di atas cat walk. (Jawa pos)

    Shindy Sasgia, Atlet Voli Nasional Asli Solo yang Juga Seorang Model

    0

  • Jakarta - Sebuah kritik dan saran dilayangkan libero tim voli indoor putri Indonesia, Berllian Marsheilla, kepada Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI) terkait pemenuhan kebutuhan jam terbang para pemain.

    Menurut Sheila, panggilan Berlian Marsheila, PBVSI belum optimal dalam melakukan pembinaan tim nasional lantaran minimnya kesempatan beruji coba di luar negeri.

    Padahal, menurut Sheila, pemain voli putri Indonesia punya kemampuan mumpuni untuk bersaing dengan tim-tim Asia lainnya.

    "Saya harap PBVSI bisa melek bahwa voli Indonesia sekarang sudah mulai bagus dan maju. Kalau ingin setara dengan tim Asia lain, atau setidaknya di Asia Tenggara dulu saja, kami perlu perbanyak jam terbang," ujar Berlian Marsheila.

    "Kalau sering ikut kejuaraan di luar negeri, pastinya kami bisa mempelajari berbagai macam permainan lawan. Kan ada karakter permainan tim yang cepat, tinggi, atau mungkin lambat," tutur perempuan 28 tahun itu.

    Sebelum Asian Games 2018, para pemain dan pelatih memang sudah menyatakan bahwa uji coba yang mereka lakukan masih terbilang minim.
    Untuk menghadapi pesta olahraga terbesar di Asia tersebut, tim voli putri Indonesia hanya menjalani satu kali uji coba di Kazakstan (Asian Women's Club Volleyball Championship 2018).

    Dalam ajang itu, Indonesia yang menggunakan nama Garuda VC berhasil meraih peringkat ke-5. Namun tetap saja, bagi Sheila, uji coba tersebut belum cukup.

    Berlian Marsheila menuturkan bahwa Indonesia termasuk salah satu tim yang tampil mengejutkan pada Asian Games 2018.

    Terbukti, kapten tim voli putri Korea Selatan, Kim Yeonkoung, telah melayangkan pujian terhadap performa para pemain Indonesia.

    "Kemarin saya baca wawancara Kim dengan media Indonesia, dia mengaku belum pernah ketemu tim Indonesia, tetapi tak menyangka Indonesia akan bermain sebagus ini," ujar Sheila.

    "Saya rasa, kalau tim voli Indonesia lebih diperjuangkan, mungkin akan menjadi lebih bagus pada masa mendatang," tutur dia.

    Di Asian Games 2018 Indonesia menduduki peringkat ketujuh setelah di pertandingan terakhir mengalahkan sesama tim Asia Tenggara, Philipina dengan skor 3-1.(bolasport.com)

    Berllian Marsheilla Ingin PBVSI Lebih Melek soal Kebutuhan Timnas

    0

  • Palembang - Tim bola voli pantai putra Indonesia mempersembahkan satu keping medali perak dan satu medali perunggu pada Asian Games 2018.
    Medali perak didapat melalui Ade Candra Rachmawan/Muhammad Ashfiya setelah kalah dari Ahmed Janko/Cherif Samba (Qatar), 24-26, 17-21.

    Adapun medali perunggu disumbangkan oleh Gilang Ramadhan/Danangsyah Yudistira Pribadi setelah menumbangkan wakil China, Gao Peng/Li Yang, 21-15, 19-21, 15-6 pada laga yang berlangsung di Jakabaring Sport City, Palembang, Selasa (28/8/2018).

    Torehan ini menyamai pencapaian pada Asian Games 1998 di Bangkok. Namun, kali terakhir Indonesia mendapat medali perak pada Asian Games Busan 2002 lewat Agus Salim/Koko Prasetyo Darkuncoro.

    Kini, Koko menjadi sosok di belakang layar capaian medali Indonesia pada Asian Games 2018.
    "Saya mulai menjadi pelatih nasional sejak 2015. Posisi ini sebenarnya satu tanggung jawab besar bagi saya. Ketika saya stop jadi pemain, saya langsung ditunjuk untuk melatih," kata Koko.

    "Memang itu kepercayaan dari Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB PBVSI). Saya butuh suatu pembuktian karena ketika bicara saya atlet yang bisa meraih prestasi, belum tentu pelatih juga meraih prestasi sama saat menjadi pelatih," ucap Koko.

    Menurut Koko, sejak ditunjuk sebagai pelatih, dia menanamkan kepada dirinya bahwa ketika mendapat tanggung jawab, dia akan melakukan yang terbaik.

    "Puncaknya pada Asian Games ini. Saya bisa mengembalikan prestasi yang pernah saya dapat dan dipegang oleh anak didik saya sendiri," tutur Koko.

    "Keluarga voli pantai Asia sudah melihat hasilnya. Hal ini menjadi kepuasan pribadi saya karena bisa mengembalikan prestasi Indonesia seperti itu," aku Koko.

    Namun, tim voli pantai putra Indonesia masih membidik sejumlah ajang.

    "Ketika voli pantai dipertandingkan pada SEA Games 2019, saya berharap terjadi all Indonesian final. Target pribadi saya, kami harus masuk Olimpiade," ujar Koko.

    Indonesia kali terakhir tembus Olimpiade pada 1996. Saat itu, voli pantai masih diperkenalkan sehingga setiap negara masih mencari bentuk masing-masing untuk dikembangkan.

    "Jadi, saat itu masih ada peluang. Sekarang voli pantai sudah berkembang. Negara maju semakin besar dan itu jadi tantangan buat kami bahwa saya belum sampai Olimpiade. Jadi, anak didik saya harus sampai Olimpiade," tutur Koko.

    Sukses Jadi Pemain, Pelatih Voli Pantai Putra Ingin Antar Tim Indonesia ke Olimpiade

    0
  • Jakarta - Timnas voli putra Indonesia ditaklukan Korea Selatan (Korsel) dalam pertandingan perempat final Asian Games 2018, di Tenis Indoor, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
    Dalam laga ini, Korsel menunjukan kelasnya sebagai tim calon kuat juara. Indonesia tak ayal takluk lewat tiga set langsung dengan skor 22-25, 18-25, dan 18-25.
    Meski mengalami hasil negatif, suporter Indonesia tetap antusias. Mereka tetap memberi tepuk tangan meriah untuk skuat Garuda yang berlaga dalam pertandingan tersebut.
    Akan tetapi, tidak hanya sigit dan kawan-kawan yang menuai perhatian. Sejumlah suporter Indonesia juga menunjukan antusiasme serupa terhadap para penggawa Korsel.
    Bahkan, sejumlah masyarakat terlihat histeris ketika para pevoli Korsel yang ingin memasuki ruang ganti. Teriakan dan tepuk tangan kerap mereka lakukan demi menyambut para penggawa negeri Gingseng tersebut.
    Sejumlah orang yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja wanita itu pun rela menunggu di atas zona mix zone. Tujuannya adalah supaya bisa bersalaman dengan para pevoli Korsel.
    Antusiasnya masyarakat Indonesia terhadap para atlet Korsel Asian Games 2018 merupakan sesuatu yang lumrah. Demam K-Pop yang melanda hampir seluruh daerah Tanah Air menjadi sebab terjadinya fenomena tersebut.

    Atlet Voli Korea Selatan Membuat Suporter Indonesia Histeris

    1
  • Walaupun memberikan tantangan tersendiri karena lazimnya dilakukan di pasir, voli pantai merupakan salah satu olahraga yang paling digemari banyak orang. Permainan yang dimainkan oleh dua kelompok ini dilakukan dengan cara memukul bola untuk melewati atas jaring, dan bola tidak boleh jatuh ke pasir.

    Cabang olahraga ini memiliki atlet-atlet andal. Dari sekian banyak atlet voli pantai, ada deretan atlet wanita yang pesonanya membius banyak orang, di samping kemampuannya memainkan bola voli.
    Kira-kira seperti apa sih kecantikan para atlet voli pantai wanita ini? Siapa saja mereka? Berikut dilansir dari Listamaze.

    1. Jennifer Kessy - Amerika Serikat.


    Kessy merupakan pemain voli pantai Amerika di AVP Tour milik Nivea Corporation. Dia pernah meraih medali perak Olimpiade London 2012. Sebelumnya, tahun 2009 Kessy juga memenangkan medali emas dari Kejuaraan Dunia Voli Pantai yang diadakan di Sravanger, Norwegia. Ia pun pemain pertama yang diberi nama AVP "Best of the Beach".

    2. Zara Dampney - Inggris Raya.


    Memiliki tubuh yang indah dan kencang rupanya membuat hasil yang selalu luar biasa di setiap jepretan pada diri Dampney. Dampney merupakan salah satu pemain voli pantai bergaya di Inggris.

    3. Markéta Sluková - Republik Ceko.


    Sluková adalah salah satu pemain voli pantai paling sukses dalam sejarah Republik Ceko. Sebelum menjadi seorang atlet voli pantai, Sluková menyukai olahraga senam.

    Ia pernah memenangkan beberapa medali emas di Kejuaraan Eropa U23 2010. Dia juga meraih medali perak di Kejuaraan Eropa 2016 di Swiss.

    4. Gabrielle Reece - Amerika Serikat.


    Gabby adalah pemain voli pantai Amerika yang terkenal juga sebagai aktris, model, dan selebriti. Tahun 1989 ia pernah dinobatkan sebagai salah satu dari lima wanita tercantik di dunia oleh Elle.

    5. Marta Menegatti - Italia.


    Marta memiliki penampilan dan tubuh yang tentu saja membuat banyak orang merasa iri. Ia bahkan jauh lebih mirip untuk sebagai model ketimbang olahragawan. Marta sendiri telah menjadi bagian dari Olimpiade Musim Panas 2012 dan 2016.

    6. Anouk Verge-Depre - Swiss.


    Sama halnya dengan Marta, Anouk pun sangat memiliki tubuh yang indah. Anouk bahkan menjadi salah satu wajah paling cantik di Swiss.

    7. Rachel Wacholder - Amerika Serikat.


    Selain menjadi atlet voli, Rachel juga seorang model dan bintang iklan. Sepanjang kariernya, Rachel memiliki delapan kejuaraan voli pantai. Akhir tahun 2005, ia adalah pemain bertahan terbaik AVP dan pemain terbaik tahun ini.

    8. Maria Elisa Antonelli - Brasil.


    Brasil adalah negara yang terkenal dengan wanita-wanita cantiknya, tak terkecuali dengan Maria Elisa. Selain atlet, ia juga wanita yang sangat fotogenik.

    Di Olimpiade Musim Panas 2012, Maria berkompetisi dengan Talita Antbzunes. Pada tahun 2015, dalam Kejuaraan Dunia Voli Pantai, ia memenangkan medali Perunggu.

    9. Nina Betschart - Swiss.


    Nina menjadi salah satu wanita yang paling cantik yang pernah bermain bola voli pantai. Nina memulai kariernya di indoor voli di VBC Steinhausen bersama temannya.

    Ia membentuk duo untuk memainkan Kejuaraan Junior Swiss dari 2008 sampai 2013 dan memenangkan semua game di bawah kategori usia yang berbeda.

    10. Morgan Beck - Amerika Serikat.


    Atlet sekaligus model cantik Morgan dinamai oleh Majalah Kompleks sebagai "Salah satu dari 25 Atlet Terpanas di Tim Olimpiade 2012". Tahun 2005, Morgan ikut dalam Kejuaraan Dunia U-20 di Ankara, Istanbul, Turki.

    Pada 2007 ia mendapat undangan untuk ikut serta dalam tim Amerika Serikat Terbuka di Colorado Spring, Colorado. Pada tahun 2008, ia menjadi pemukul luar/pemukul tengah untuk Golden Bears. (brilio.net)

    10 Pemain Voli Pantai Cantik Dan Mempesona, Seksinya Bikin Melongo

    0

  • Jakarta, Pasangan suami-istri Aji Maulana dan Nandita Ayu Salsabila bakal sama-sama berjuang di cabor voli Asian Games 2018. Kisah cinta pasangan ini bersemi di tengah ketatnya persaingan Proliga.
    Aji merupakan kapten Timnas Voli Indonesia Putra, sementara itu Nandita jadi salah satu andalan di Tim Merah-Putih Putri. Keduanya menikah pada bulan Oktober 2017 silam setelah empat tahun memadu kasih.
    Saat ini yang tengah mengikuti pendidikan bintara AD bermain di klub Bank Sumsel Babel, sementara Nandita belahan jiwanya berkiprah di Jakarta Pertamina Energi.
    Nandita Ayu Salsabila merupakan putri pertama dari mantan pevoli nasional era 1990-an, Tri Wahyuni. Darah olahraga mengalir kencang dari kedua orang tuanya.
    Ayahnya, Sudirman adalah mantan pesepak bola pelanggan Timnas Indonesia. Ia jadi salah satu pilar Tim Garuda yang memenangi medali emas SEA Games 1991. Prestasi yang hingga saat ini belum lagi pernah bisa diulang Indonesia.
    Ayu sudah mengenal voli sejak masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Kelas 2 SD ia sering melihat ibunya bermain voli. Awalnya, ia berlatih voli dengan melakukan passing.
    "Dari kecil memang Ayu dan adik-adiknya sudah dibiasakan menyaksikan mamanya bertanding. Begitupula saat saya berlaga di lapangan hijau. Saling mendukung sebagai sesama anggota keluarga," cerita Sudirman kepada Bola.com.
    Melihat anaknya mulai menyukai olahraga voli, ibunya langsung mengarahkan Ayu untuk lebih serius menekuni profesi yang membesarkannya.
    Berada dalam keluarga atlet, Ayu dengan mantap fokus untuk menekuni karier dan menjadi atlet profesional bergabung dengan Sekolah Khusus atlet di Ragunan, Jakarta. Meskipun begitu ia tidak pernah merasa terpaksa dengan sekolah di sana.
    Ayu sudah mengikuti kejuaraan nasional ketika duduk di kelas 2 SMP dengan membela DKI Jakarta. Penampilannya yang memukau di kejurnas, ia terpilih untuk mengikuti ASEAN School Games pada 2012 di Thailand. Saat itu, ia menjadi pemain timnas paling muda.
    Pada tahun itu juga, Ayu bergabung dengan Jakarta Popsivo Polwan untuk berkiprah di Proliga. Hebatnya, ia berhasil membawa Popsivo menjadi juara Proliga dua kali berturut-turut, tahun 2012 dan 2013.
    Pemain yang berposisi sebagai open spike ini terpilih Timnas voli Indonesia untuk mengikuti ajang SEA Games Myanmar 2013. Sayangnya, Indonesia hanya meraih medali perunggu.
    Pada tahun 2016, Ayu kembali terpilih membela Indonesia untuk mengikuti Piala VTV 2016. Meskipun finis diperingkat ketiga, Ayu dinobatkan menjadi Miss Bola Voli di ajang tersebut.

    Mimpi Sandingkan Medali

    Aji Maulana dan Nandita Ayu Salsabila, Timnas Voli Indonesia
    Aji Maulana dan Nandita Ayu Salsabila, dapat dukungan langsung dari keluarga saat berlaga di Asian Games 2018.
    Pada pentas Proliga 2017, Ayu memperkuat tim Jakarta Pertamina Energi. Ia dan timnya hanya berhasil menjadi runner-up, setelah di final kalah dari Jakarta Elektrik PLN.
    Permainan Ayu yang semakin matang membuatnya kembali dipanggil Timnas Indonesia untuk ajang SEA Games Malaysia 2017. Sayang Ayu dkk. hanya sanggup meraih medali perak setelah dikalahkan Thailand di final. Dengan hasil tersebut, Ayu hanya mampu menyamai pencapaian prestasi ibunya yang pernah juga meraih perak pada ajang SEA Games.
    Ayu berhasrat membawa Timnas Voli Indonesia jadi tim terbaik di pentas Asian Games 2018. Hal yang tak mudah karena persaingan level Asia sangat ketat. Dukungan kedua orangtuanya membuat atlet kelahiran Jakarta, 12 Juli 1997 itu bersemangat mewujudkan impiannya. Ia berharap bisa menyandingkan medali dengan suami tercintanya.
    "Kami saling support agar bisa sama-sama sukses," kata Ayu dalam sebuah wawancara dengan awak media seusai meraih gelar Most Valuable Player (MVP) Proliga 2018 lalu.
    "Doa kami mengiringi perjuangan mereka berdua. Sebisa mungkin kami akan memberi dukungan langsung saat Ayu atau Aji berjuang bersama Timnas Voli Indonesia," ucap Sudirman.

    Sumber: Bola.com

    Cerita 2 Sejoli di Timnas Voli Indonesia Berjuang di Pentas Asian Games 2018

    1
  • JawaPos.comPevoli putri Indonesia Berllian Marsheilla mengaku terusik dengan target yang dibebankan pemerintah kepada timnas voli di Asian Games 2018.
    Kepada timnas voli, Kemenpora hanya menargetkan mereka masuk ke babak delapan besar. Hal ini dinilai Sheilla seolah mereka dipandang sebelah mata dan tidak mampu meraih medali.
    "Karena pemerintah menargetkan kita hanya masuk delapan besar, secara nggak langsung kita merasa kok seperti dianaktirikan. Kami mau katakan bahwa kami bisa (dapat medali, Red)," kata Sheilla.
    Walau berat, Sheilla meyakini ia dan kawan-kawannya tetap berpeluang meraih medali karena bermain di kandang sendiri. Dukungan suporter Indonesia tentunya akan memberikan semangat lebih kepada mereka.
    "Dengan penonton yang nanti membludak, siapa tahu motivasi kami untuk dapat medali bisa 200 persen," ungkapnya.
    Sheilla mengatakan, dari pemetaan kekuatan, ada empat negara yang akan menjadi pesaing paling berat. Empat negara tersebut Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan Thailand.

    Voli Bukan Anak Tiri!

    1
  • - Copyright © Berbagi Berita Voli Nasional dan Dunia - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -