Jakarta - Atlet tim bola voli indoor putri Indonesia, Berllian Marsheilla, menyebut kekalahan timnya dari Vietnam disebabkan karena para pemain lawan mampu tampil lebih ulet.
Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam pada laga perebutan posisi ke-5 dan ke-6 Asian Games 2018 di Tennis Indoor, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Jumat (31/8/2018). Berlian Marsheila dkk dikalahkan Vietnam dengan skor 1-3 (27-29, 25-18, 22-25, dan 22-25).
Bagi Sheila, panggilan Berlian Marsheila, hasil itu jelas sangat mengecewakan karena sebetulnya Indonesia pernah menaklukkan Vietnam pada beberapa pertemuan sebelumnya.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, meminimalisir kekurangan, tetapi memang apa daya. Kami tadi memang enggak siap, dan Vietnam bermain ulet sekali," ujar Sheila.
"Terakhir kami bertemu Vietnam di Kazakstan, dan saat itu kami menang. Seharusnya kami sudah hafal permainan mereka, tetapi ternyata hasilnya di luar dugaan. Performa mereka lebih bagus daripada pertemuan terakhir," tutur dia.
Perempuan 28 tahun ini kemudian menjelaskan, pada laga tadi para pemain Vietnam bisa mengatasi bola-bola sulit.
Ketika Vietnam menyerang, kata Sheila, kubu Indonesia tidak siap. Banyak yang seharusnya tergolong bola mudah, Indonesia malah membuat kesalahan.
"Kami malah bermain di bawah tekanan. Tadi banyak banget melakukan kesalahan," ujar Berlian Marsheila. (bolasport.com)
Vietnam Bermain Ulet Kami Tidak Siap
0
Jakarta - Tim voli putri Indonesia kalah 27-29, 25-18, 22-25, dan 22-25 (1-3) dari Vietnam, dalam laga lolos ke posisi lima besar Asian Games 2018, di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Kekalahan ini membuat Tim Indonesia hanya akan memperebutkan posisi tujuh dan delapan terbaik. Sementara itu, Vietnam lolos ke peringkat lima besar dan akan menghadapi pemenang antara Filipina atau Kazakhstan.
Bermain di hadapan pendukung sendiri, Indonesia mendapat perlawanan sengit dari Vietnam. Spike keras hingga blocking yang dilancarkan pemain-pemain Vietnam kerap merepotkan Wilda Siti Nurfadhilah dkk.
Tim Indonesia pun tak berdaya pada set pertama. Meski sempat mengejar perolehan poin Vietnam, Indonesia menyerah 27-29 dalam pertarungan selama 31 menit pada set pertama.
Masuk set kedua, Tim voli putri Indonesia coba bangkit. Hasilnya, Indonesia berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1, setelah pada set kedua memetik kemenangan 25-18.
Akan tetapi, Indonesia gagal mempertahankan penampilan bagus tersebut. Tim voli putri Indonesia di Asian Games 2018 pun menyerah 1-3 dari Vietnam, setelah dalam dua set terakhir menyerah 22-25 dan 22-25.(bola.com)
Indonesia Takluk Dari Vietnam
1
Belanda - Setelah pertandingan persahabatan melawan Italia, Prancis, dan Brasil awal bulan ini, pelatih Belanda Gido Vermeulen dan stafnya kembali mengatur pertandingan persahabatan melawan Belgia dan Argentina sebagai persiapan untuk Kejuaraan Dunia FIVB Volleyball Men's World Championship 2018.
"Ini adalah persiapan ideal bagi kami dalam hal pertandingan," kata Vermeulen. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2002, tim Belanda akan kembali ke FIVB Volleyball World Championships untuk bersaing dengan tim-tim voli putra terbaik di dunia. Belanda berada satu grup dengan Brasil, Kanada, China, Mesir dan Prancis di Pool B dan akan memainkan pertandingan pertama mereka melawan Kanada pada 12 September 2018.
Vermeulen menerapkan program pelatihan yang keras bagi para pemain Belanda untuk mempersiapkan timnya pada turnamen yang panjang dan sangat ketat.
“Kami tidak ingin melakukan banyak perjalanan jauh dalam beberapa minggu terakhir sebelum Kejuaraan Dunia, tetapi kami masih harus memperbanyak pertandingan persahabatan yang berkualitas” Kata Vermeulen.
“Sangat bagus bahwa federasi nasional telah menyiapkan program pelatihan dan uji tanding yang berkualitas untuk kami di negeri sendiri. Kami akan memainkan persahabatan melawan Belgia dua kali dengan format komposisi pemain yang berbeda di setiap pertandingan,” kata Vermeulen saat persiapan pertandingan persahabatan melawan Belgia yang terjadwal pada 31 Agustus dan 1 September.
“Kami juga akan bermain melawan Argentina pada 6 dan 8 September 2018. Argentina adalah lawan yang sangat kuat. Mereka benar-benar menjadi salah satu di antara tim-tim terbaikbdi dunia. Itu akan menjadi ujian akhir yang sangat bagus bagi kita sebelum Kejuaraan Dunia. Sangat penting dalam persiapan untuk memainkan pertandingan tersebut melawan lawan yang kuat. Luar biasa bermain melawan tim semacam itu di depan pendukung sendiri. Ini juga fantastis untuk melihat sampai dimana kualitas kita sebagai tim sebelum Kejuaraan Dunia.” tutup Vermeulen.
Gido Vermeulen Perbanyak Uji Coba Tanding Jelang FIVB Men's World Championship
0
Jakarta - Tim bola voli putra Iran berpeluang mempertahankan gelar juara dan merebut tiket ke final setelah mengalahkan Qatar 3-0 (25-23, 25-19, 25-18) dalam pertandingan semifinal yang berlangsung di Tennis Indoor, GBK, Jakarta, Kamis malam.
Dengan kemenangan ini, Iran mendapatkan kesempatan untuk mempertahankan emas, yang diperoleh di Asian Games Incheon 2014, dalam partai final melawan Korea Selatan yang berlangsung pada Sabtu (1/9).
Tanda-tanda Iran akan memperoleh kemenangan telak tidak terlihat pada awal dimulainya pertandingan, karena Qatar masih memberikan perlawanan sengit.
Meski demikian, spike Seyedmohammad Mousavieraghi memberikan keunggulan sementara 12-11 bagi Iran pada awal set pertama.
Iran masih memimpin 16-15 setelah Ndir Sadikh gagal mengantisipasi servis Ali Shafiei, jelang "technical time out" yang kedua.
Pemain naturalisasi Qatar, Renan Ribeiro, yang beberapa kali menyulitkan pertahanan Iran, sempat memperkecil ketertinggalan 19-20.
Namun, Iran yang belum kehilangan satu set pun selama turnamen, tidak lagi terkejar dan menutup set pertama 25-23, berkat spike Amir Ghafour.
Iran yang tidak mengendorkan serangan terus melaju 10-5 pada awal set kedua, terutama karena pengembalian bola dari Qatar yang kurang sempurna.
Tim asuhan Igor Kolakovic terus menambah keunggulan 13-10, melalui spike dari Morteza Sharifi yang gagal ditahan pertahanan Qatar.
Pengembalian bola pertama Qatar yang buruk serta rapatnya pertahanan Iran, membuat Amir Ghafour dan kawan-kawan langsung meraih set kedua 25-19.
Gempuran Iran ke pertahanan Qatar tidak terhenti pada set ketiga, hingga pemegang emas Asian Games Incheon 2014 ini unggul 21-15, setelah servis pemain naturalisasi Nikola Vasic melebar.
Banyaknya kesalahan maupun antisipasi yang buruk dari pemain Qatar, makin mempercepat kelolosan Iran ke partai final.
Iran merebut set ketiga 25-18, setelah spike keras Mubarak Hammad tidak mampu melewati blok Milad Ebadipour Gharahassanlou dan Ali Shafiei.
Tercatat sebagai bintang pertandingan kali ini adalah Amir Ghafour yang membukukan 16 spike, Milad Ebadipour Gharahassanlou yang mencatatkan sembilan spike dan Seyed mohammad Mousavieraghi yang membuat tujuh spike.
Secara keseluruhan, pertandingan semifinal ini berjalan dengan antiklimaks dan jauh berbeda dengan laga Korea Selatan melawan Chinese Taipei yang lebih ketat.
Meski pada pertandingan perempat final, Qatar sudah habis-habisan ketika mengalahkan Jepang 3-2, permainan tim asuhan Camilo Soto ini cukup mengejutkan.(antara)
Maju Ke Final, Iran Berpeluang Pertahankan Medali Emas
0
Jakarta - Tim putra Korea Selatan merebut tiket ke final setelah mengalahkan Chinese Taipei dalam laga yang ketat 3-2 (20-25, 25-20, 25-16, 20-25, 15-12) dalam pertandingan semifinal yang berlangsung di Tennis Indoor, GBK, Jakarta, Kamis malam.
Dengan kemenangan ini, Korea Selatan akan melawan Iran untuk memperebutkan emas cabang bola voli putra dalam partai final yang akan berlangsung pada Sabtu (1/9).
Laga sudah berjalan ketat sejak awal pada set pertama, yang ditandai oleh aksi berbalas serangan kedua tim, yang sebelumnya sudah bertemu di penyisihan Pool D.
Korea Selatan sempat unggul sementara setelah spike Jeon Kwangin menjadikan skor 9-8, namun pengembalian bola Hong-Jie Liu menjadikan posisi 13-12 untuk Chinese Taipei.
Sengitnya pertarungan terus berlanjut, terutama setelah Chinese Taipei unggul 18-15 setelah Yi-Huei Lin dan Tsung-Hsuan Wu melakukan blok yang menghasilkan angka.
Chinese Taipei yang mendominasi langsung menutup set pertama 25-20 setelah spike kapten Chien-Chen Chen gagal diantisipasi pertahanan Korea Selatan.
Pada awal set kedua, aksi saling susul menyusul angka terjadi diantara kedua tim, hingga Korea Selatan memimpin 8-7 sebelum "technical time out" yang pertama.
Korea Selatan mulai menjauh 13-10 setelah spike Jeon Kwangin masuk ke bidang lapangan Chinese Taipei yang kosong.
Perlawanan Chinese Taipei yang ketat, membuat skor sempat menipis 16-18, terutama setelah spike Sungmin Moon melebar.
Namun, tim asuhan Kim Hochul tidak membiarkan Chinese Taipei untuk mengejar, dan meraih set kedua 25-20, melalui spike menyilang Jeon Kwangin.
Ketatnya perolehan angka seperti di dua set pertama, juga terjadi pada awal set ketiga, melalui adu spike kedua tim yang saling menembus pertahanan lawan.
Meski demikian, Chinese Taipei mulai menghadapi rapatnya blok-blok Korea Selatan yang membuat Sungmin Moon dan kawan-kawan langsung memimpin 14-8.
Setelah itu, kepercayaan diri Chinese Taipei langsung runtuh dan membuat Korea Selatan dengan cepat menutup set ketiga 25-16.
Pada awal set keempat, Chinese Taipei mulai bangkit dari tekanan Korea Selatan, melalui permainan apik Tsung-Hsuan Wu, yang memberikan keunggulan 11-7.
Semangat tim asuhan Chen Yu-An yang membara dalam periode ini, menyulitkan Korea Selatan, dan membuat Chinese Taipei langsung unggul 19-14.
Chinese Taipei tidak menyia-nyiakan peluang untuk terus unggul dan meraih set keempat 25-20 melalui spike keras Hung-Min Liu.
Laga di semifinal ini semakin sengit, terutama setelah spike kapten Chien-Chen Chen memberikan keunggulan bagi Chinese Taipei 7-5.
Serangan berturut-turut Korea Selatan yang diakhiri spike Seo Jaeduck, menipiskan ketertinggalan tim negeri gingseng tersebut 10-11.
Setelah itu, Korea Selatan justru sanggup membalikan keadaan dan Seo Jaeduck juga yang memberikan poin kemenangan 15-12 untuk menutup set kelima.
Tercatat sebagai bintang pertandingan ini adalah Sungmin Moon yang mencatatkan 18 spike, Jeon Kwangin yang membuat 14 spike dan Seo Jaeduck yang membukukan 13 spike.
Sedangkan, pemain terbaik dari Chinese Taipei adalah Hung-Min Liu yang membuat 12 spike serta Tsung-Hsuan Wu dan Hong-Jie Liu yang sama-sama mencatatkan 10 spike.(antara)
Korea Selatan Rebut Tiket Final
0
Lausanne, Swiss - Sebanyak 24 tim teratas dunia menyatakan diri siap berlaga di putaran Final FIVB Volleyball Men's World Championship 2018, yang akan dimulai hanya dalam waktu kurang dari dua minggu di beberapa kota di Italia dan Bulgaria.
Seluruh tim yang berpartisipasi sudah diputuskan pada akhir tahun lalu. Dengan sepuluh tim yang lolos dari Eropa, ditambah lima dari Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (NORCECA), empat dari Asia, tiga dari Afrika dan dua dari Amerika Selatan.
Slovenia mendapatkan tiket pertama di depan pendukungnya sendiri saat mereka menyapu bersih semua kemenangan atas lawan-lawannya di Ljubljana pada kualifikasi Eropa untuk tiket FIVB Volleyball Mens World Championship 2018. Menemani Polandia, sebagai juara bertahan dan tuan rumah Italia dan Bulgaria secara otomatis memastikan partisipasi mereka.
Tapi tujuh tempat Eropa tersisa diperebutkan setelah tiga putaran kompetisi yang melelahkan. Akhirnya Prancis, Belanda, Slovenia, Rusia, Serbia dan Finlandia berhasil merebut tiket pada putaran kedua. Dan Belgia kemudian menyusul dari babak ketiga kualifikasi Eropa pada Juli 2017.
Di NORCECA Amerika Serikat, Republik Dominika dan Kanada yang menduduki peringkat 1-2-3 di Kejuaraan NORCECA untuk mengambil tiga tiket pertama ke Kejuaraan Dunia. Kemudian Puerto Rico dan Kuba menyusul melalui turnamen kualifikasi khusus yang diadakan di tengah Badai Irma yang dahsyat.
Di zona Asia ada dua pool kualifikasi untuk memilih empat tim ke turnamen unggulan federasi internasional FIVB 2018 ini. Iran dan Cina mengklaim tiket dari satu pool, serta Jepang dan Australia bergabung dengan mereka dari pool yang lain.
Tunisia, Mesir dan Kamerun yang berhasil menduduki peringkat 1-2-3 di Kejuaraan antar negara se Afrika tahin 2017 mengisi tiga tempat zona Afrika di Kejuaraan Dunia ini.
Dan dari Amerika Selatan, Brasil yang menjadi juara pertama interkontinental 2017 dan Argentina sebagai pemenang Turnamen Kualifikasi Amerika Selatan menggenapi 24 tim di kejuaraan FIVB Volleyball Men's World Championship 2018.
Kini 24 tim akan berlomba-lomba untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik planet bumi di hadapan penonton dunia. Pertandingan pertama dimulai pada 9 September dengan pertandingan pembukaan di kota Roma dimana Italia akan menjadi tuan rumah menghadapi Jepang. Kejuaraan Dunia 2018 berlangsung hingga 30 September ketika Turin akan mendapat jatah menjadi tuan rumah grand final.
Seluruh tim yang berpartisipasi sudah diputuskan pada akhir tahun lalu. Dengan sepuluh tim yang lolos dari Eropa, ditambah lima dari Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (NORCECA), empat dari Asia, tiga dari Afrika dan dua dari Amerika Selatan.
Slovenia mendapatkan tiket pertama di depan pendukungnya sendiri saat mereka menyapu bersih semua kemenangan atas lawan-lawannya di Ljubljana pada kualifikasi Eropa untuk tiket FIVB Volleyball Mens World Championship 2018. Menemani Polandia, sebagai juara bertahan dan tuan rumah Italia dan Bulgaria secara otomatis memastikan partisipasi mereka.
Tapi tujuh tempat Eropa tersisa diperebutkan setelah tiga putaran kompetisi yang melelahkan. Akhirnya Prancis, Belanda, Slovenia, Rusia, Serbia dan Finlandia berhasil merebut tiket pada putaran kedua. Dan Belgia kemudian menyusul dari babak ketiga kualifikasi Eropa pada Juli 2017.
Di NORCECA Amerika Serikat, Republik Dominika dan Kanada yang menduduki peringkat 1-2-3 di Kejuaraan NORCECA untuk mengambil tiga tiket pertama ke Kejuaraan Dunia. Kemudian Puerto Rico dan Kuba menyusul melalui turnamen kualifikasi khusus yang diadakan di tengah Badai Irma yang dahsyat.
Di zona Asia ada dua pool kualifikasi untuk memilih empat tim ke turnamen unggulan federasi internasional FIVB 2018 ini. Iran dan Cina mengklaim tiket dari satu pool, serta Jepang dan Australia bergabung dengan mereka dari pool yang lain.
Tunisia, Mesir dan Kamerun yang berhasil menduduki peringkat 1-2-3 di Kejuaraan antar negara se Afrika tahin 2017 mengisi tiga tempat zona Afrika di Kejuaraan Dunia ini.
Dan dari Amerika Selatan, Brasil yang menjadi juara pertama interkontinental 2017 dan Argentina sebagai pemenang Turnamen Kualifikasi Amerika Selatan menggenapi 24 tim di kejuaraan FIVB Volleyball Men's World Championship 2018.
Kini 24 tim akan berlomba-lomba untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik planet bumi di hadapan penonton dunia. Pertandingan pertama dimulai pada 9 September dengan pertandingan pembukaan di kota Roma dimana Italia akan menjadi tuan rumah menghadapi Jepang. Kejuaraan Dunia 2018 berlangsung hingga 30 September ketika Turin akan mendapat jatah menjadi tuan rumah grand final.
24 Tim Siap Bertarung Jadi Yang Terbaik Di Dunia
0
Jakarta - Kapten timnas voli putri Indonesia, Amalia Fajrina Nabila, tak kaget dengan kekalahan 0-3 yang diterima dari Korea Selatan pada babak perempat final Asian Games 2018. Menurut Amalia, Korea Selatan memang lawan yang levelnya jauh di atas Indonesia.
Pada pertandingan yang digelar di Tennis Indoor Gelora Bung Karno, Indonesia awalnya mampu mengimbangi permainan Korea Selatan pada set pertama. Namun, pasukan Mohamad Ansori harus mengakui kekalahan 22-25. Pada set kedua, Korea semakin tampil menggila dan berhasil meraih kemenangan 25-13.
Pada set ketiga, Indonesia sempat memberikan perlawanan sengit. Namun, tetap saja Korea mampu mengimbanginya dan menutup pertandingan dengan kemenangan 25-18.
"Ya mau gimana lagi, mereka sudah pasti levelnya beda dengan kami. Asian Games 2014 mereka juara setelah mengalahkan Jepang. Akan tetapi, saya sih bangga dengan semangat rekan-rekan yang luar biasa," kata Amalia seusai pertandingan.
"Mereka tim-tim yang pemainnya bermain V-League, tGrand Prix, bahkan ikut olimpiade. Ya Alhamdulillah sih banyak pelajaran yang diambil dari teknik, mental, yang sudah pasti," ujar Amalia.
Butuh Banyak Pengalaman
"Pertandingan tadi menjadi pelajaran bagus buat kami karena bisa melawan tim kuat yang sudah biasa mengikuti kejuaraan dunia bahkan Olimpiade," kata Aprilia Manganang.
Aprilia menilai Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) dan pihak terkait lainnya perlu mengupayakan agar voli Indonesia lebih banyak mendapat kesempatan menambah jam terbang.
"Pekerjaan rumah buat kita bahwa jika ingin voli Indonesia lebih berprestasi harus siap mengeluarkan dana supaya kami lebih banyak melakukan try out di luar negeri," ucapnya.
Kekalahan ini membuat timnas voli putri Indonesia tersingkir dalam perburuan medali Asian Games 2018. Meski begitu, Amalia dkk. masih berpeluang memperebutkan posisi lima terbaik dalam pertandingan melawan Vietnam, 31 Agustus.(bola.com)
Korea Selatan Beri Pelajaran Berharga buat Timnas Voli Putri Indonesia
0
Jakarta - Kapten tim voli putri Korea Selatan, Kim Yeonkoung, mengagumi smash-smash keras yang dilepaskan spiker andalan Indonesia, Aprilia Manganang.
Tim voli putri Tanah Air tidak bisa berbuat banyak melawan tim berstatus juara bertahan atau pemenang medali emas Asian Games 2014.
Bermain di Tennis Indoor Gelora Bung Karno, Rabu (29/8/2018), tim voli putri Indonesia takluk tiga set langsung dengan skor 22-25, 13-25, dan 18-25.
Di pertandingan tersebut Kim Yeonkoung dibuat terkesan dengan penampilan ciamik Aprilia. Ia mengakui pukulan-pukulan keras Aprilia membuat timnya kesulitan. Aprilia merupakan penyumbang poin terbanyak Indonesia di pertandingan tersebut. Total, Aprilia menyumbang 16 poin spike dan 1 block.
"Pertandingan ini merupakan kami pertama kami melawan Indonesia, Jadi, saya tidak tahu terlalu banyak soal permainan Indonesia," kata Kim Yeonkoung.
"Saya pikir Indonesia memiliki tim voli putri bagus. Mereka juga memiliki seorang spiker dengan spike sangat keras," ucapnya.
Menang atas Indonesia membuat Korsel bisa melenggang ke babak semifinal cabang bola voli Asian Games 2018. Tim putri Negeri Gingseng pun akan meladeni Thailand, Jumat (31/8/2018).
Kapten Korea Selatan Kagumi Smash Keras Aprilia Manganang
0
Palembang - Tim bola voli pantai putra Indonesia mempersembahkan satu keping medali perak dan satu medali perunggu pada Asian Games 2018.
Medali perak didapat melalui Ade Candra Rachmawan/Muhammad Ashfiya setelah kalah dari Ahmed Janko/Cherif Samba (Qatar), 24-26, 17-21.
Adapun medali perunggu disumbangkan oleh Gilang Ramadhan/Danangsyah Yudistira Pribadi setelah menumbangkan wakil China, Gao Peng/Li Yang, 21-15, 19-21, 15-6 pada laga yang berlangsung di Jakabaring Sport City, Palembang, Selasa (28/8/2018).
Torehan ini menyamai pencapaian pada Asian Games 1998 di Bangkok. Namun, kali terakhir Indonesia mendapat medali perak pada Asian Games Busan 2002 lewat Agus Salim/Koko Prasetyo Darkuncoro.
Kini, Koko menjadi sosok di belakang layar capaian medali Indonesia pada Asian Games 2018.
"Saya mulai menjadi pelatih nasional sejak 2015. Posisi ini sebenarnya satu tanggung jawab besar bagi saya. Ketika saya stop jadi pemain, saya langsung ditunjuk untuk melatih," kata Koko.
"Memang itu kepercayaan dari Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB PBVSI). Saya butuh suatu pembuktian karena ketika bicara saya atlet yang bisa meraih prestasi, belum tentu pelatih juga meraih prestasi sama saat menjadi pelatih," ucap Koko.
Menurut Koko, sejak ditunjuk sebagai pelatih, dia menanamkan kepada dirinya bahwa ketika mendapat tanggung jawab, dia akan melakukan yang terbaik.
"Puncaknya pada Asian Games ini. Saya bisa mengembalikan prestasi yang pernah saya dapat dan dipegang oleh anak didik saya sendiri," tutur Koko.
"Keluarga voli pantai Asia sudah melihat hasilnya. Hal ini menjadi kepuasan pribadi saya karena bisa mengembalikan prestasi Indonesia seperti itu," aku Koko.
Namun, tim voli pantai putra Indonesia masih membidik sejumlah ajang.
"Ketika voli pantai dipertandingkan pada SEA Games 2019, saya berharap terjadi all Indonesian final. Target pribadi saya, kami harus masuk Olimpiade," ujar Koko.
Indonesia kali terakhir tembus Olimpiade pada 1996. Saat itu, voli pantai masih diperkenalkan sehingga setiap negara masih mencari bentuk masing-masing untuk dikembangkan.
"Jadi, saat itu masih ada peluang. Sekarang voli pantai sudah berkembang. Negara maju semakin besar dan itu jadi tantangan buat kami bahwa saya belum sampai Olimpiade. Jadi, anak didik saya harus sampai Olimpiade," tutur Koko.