Friday, September 14, 2018
Florence - Ada harapan besar di Florence Mandela Forum untuk pertandingan ini antara the Blues dan the Red Devils. Italia masih harus membalas kekalahan di Kejuaraan Eropa 2016 Perempat Final. Italia dan Belgia adalah dua tim yang paling difavoritkan untuk memenangkan Pool A setelah hasil hari pertama. Dan para pendukung tim nasional rumah berharap mereka lah yang akan menjuarai Pool A.
Italia tampil menyerang sejak Pertandingan dimulai melalui penampilan yang luar biasa oleh Ivan Zaytsev, mereka ingin menekan tim Belgia sedini mungkin. Namun dalam beberapa saat, beberapa kesalahan dalam penerimaan bola perut Membuat Belgia untuk memimpin perolehan angka pada TTO pertama untuk 8-6. Italia harus memenuhi harapan 8000 pendukung yang memadate arena Mandela Forum, dan mereka kembali ke bentuk permainan aslinya setelah TTO dan dengan cepat mencapai keunggulan 10-8 untuk Italia. Empat poin berturut-turut, selang waktu pertama.
Giannelli menunjukkan semua kelebihannya. Kedua tim memainkan voli “cepat & menyerang”, poin demi poin Italia memimpin 16-14 di TTO kedua. Giannelli juga hebat dalam pertahanan. Pada 21-15 tampaknya The Blues cukup menjaga jarak dari Setan Merah. Tetapi Belgia tidak menyerah dengan mudah, pertahanan yang baik membantu mereka memangkas jarak poin menjadi 18-22. Kemudian Ivan the Terrible dan Simone Lanza, dengan dua serangan hebat setelah time out oleh Italia yang selalu melewati blok lawan membuat Italia menyudahi set pertama dengan skir 25-20. Zaytsev mencetak 8 poin, Giannelli luar biasa, tidak hanya lewat spike, tapi juga dalam pertahanan dan blok.
Pertarungan dimulai lagi, tidak ada tim yang mendapat lebih dari satu poin keunggulan sampai TTO pertama, Italia 8-6. Giannelli menggunakan semua rekan satu timnya, hitter, middle blocker dan sebaliknya ... dan terkadang dia menyerang pada sentuhan kedua juga. Tentu saja Zaytsev masih menjadi favoritnya. Dengan satu blok pemain tunggal dan serangan balik membawa Italia memimpin 16-10 di TTO kedua. Mereka memainkan jenis permainan yang sama dengan karakter tradisional tim Italia. Zaytsev lagi-lagi menjadi bintangnya dengan lob dan dua jump serve. The Blues dengan cepat memimpin ke angka 23-15, Anastasi mencoba untuk menghentikan pesta poin Italia dengan beberapa pergantian pemain dari bangku cadangan. Namun usaha ini seakan sia-sia, Juantorena mencetak poin terakhir dengan jump serve, mengakhiri set kedua dengan 25-17. Tampaknya dua set inilah strategi Italia benar-benar terbaca: Pertama menetapkan 22 poin menang dan hanya 3 kesalahan lawan (Belgia 13 menang dan 7 kesalahan lawan); set kedua juga 22 poin menang 3 kesalahan lawan (Belgia 12 dan 5).
Set ketiga dimulai dengan beberapa penggantian pemain di tim Belgia (Tuerlinckx, Klinkenberg dan Coolman). Bagaimanapun Italia langsung memimpin perolehan poin dengan angka 6-3 melalui serangan hebat. Ketika penerimaan Italia tidak begitu bagus, Giannelli seperti "deus ex machina" menemukan dalam topi pesulapnya, solusi yang sangat baik untuk membantu spikernya menjauh dari blok lawan. Kendali permainan ada di tim Italia. Tampaknya Belgia kurang terkonsentrasi, satu passing dan satu kesalahan umpan, dua kesalahan berturut-turut. Sedikit demi sedikit membuat Italia menjaga jarak poin dan dengan mudah unggul 16-9 di TTO kedua. Dua poin langsung dengan spike keras yang dilakukan oleh Grobelny (bahkan tidak disentuh oleh pertahanan Italia) membantu Belgia mengejar poin semakin dekat, namun Italia menjawab dengan senjata yang sama dan Zaytsev mencetak poin kesekiannya. Pertahanan yang baik setelah serangan luar biasa, diikuti oleh blok rapat dari Italia, membuat Belgia jadi tumpul. Dan Akhirnya berkat serangan dari belakang garis Serang, dari Juantorena berhasil membuat Belgia makin terpuruk. Set ketiga berakhir 25-16.
Italia tampil menyerang sejak Pertandingan dimulai melalui penampilan yang luar biasa oleh Ivan Zaytsev, mereka ingin menekan tim Belgia sedini mungkin. Namun dalam beberapa saat, beberapa kesalahan dalam penerimaan bola perut Membuat Belgia untuk memimpin perolehan angka pada TTO pertama untuk 8-6. Italia harus memenuhi harapan 8000 pendukung yang memadate arena Mandela Forum, dan mereka kembali ke bentuk permainan aslinya setelah TTO dan dengan cepat mencapai keunggulan 10-8 untuk Italia. Empat poin berturut-turut, selang waktu pertama.
Giannelli menunjukkan semua kelebihannya. Kedua tim memainkan voli “cepat & menyerang”, poin demi poin Italia memimpin 16-14 di TTO kedua. Giannelli juga hebat dalam pertahanan. Pada 21-15 tampaknya The Blues cukup menjaga jarak dari Setan Merah. Tetapi Belgia tidak menyerah dengan mudah, pertahanan yang baik membantu mereka memangkas jarak poin menjadi 18-22. Kemudian Ivan the Terrible dan Simone Lanza, dengan dua serangan hebat setelah time out oleh Italia yang selalu melewati blok lawan membuat Italia menyudahi set pertama dengan skir 25-20. Zaytsev mencetak 8 poin, Giannelli luar biasa, tidak hanya lewat spike, tapi juga dalam pertahanan dan blok.
Pertarungan dimulai lagi, tidak ada tim yang mendapat lebih dari satu poin keunggulan sampai TTO pertama, Italia 8-6. Giannelli menggunakan semua rekan satu timnya, hitter, middle blocker dan sebaliknya ... dan terkadang dia menyerang pada sentuhan kedua juga. Tentu saja Zaytsev masih menjadi favoritnya. Dengan satu blok pemain tunggal dan serangan balik membawa Italia memimpin 16-10 di TTO kedua. Mereka memainkan jenis permainan yang sama dengan karakter tradisional tim Italia. Zaytsev lagi-lagi menjadi bintangnya dengan lob dan dua jump serve. The Blues dengan cepat memimpin ke angka 23-15, Anastasi mencoba untuk menghentikan pesta poin Italia dengan beberapa pergantian pemain dari bangku cadangan. Namun usaha ini seakan sia-sia, Juantorena mencetak poin terakhir dengan jump serve, mengakhiri set kedua dengan 25-17. Tampaknya dua set inilah strategi Italia benar-benar terbaca: Pertama menetapkan 22 poin menang dan hanya 3 kesalahan lawan (Belgia 13 menang dan 7 kesalahan lawan); set kedua juga 22 poin menang 3 kesalahan lawan (Belgia 12 dan 5).
Set ketiga dimulai dengan beberapa penggantian pemain di tim Belgia (Tuerlinckx, Klinkenberg dan Coolman). Bagaimanapun Italia langsung memimpin perolehan poin dengan angka 6-3 melalui serangan hebat. Ketika penerimaan Italia tidak begitu bagus, Giannelli seperti "deus ex machina" menemukan dalam topi pesulapnya, solusi yang sangat baik untuk membantu spikernya menjauh dari blok lawan. Kendali permainan ada di tim Italia. Tampaknya Belgia kurang terkonsentrasi, satu passing dan satu kesalahan umpan, dua kesalahan berturut-turut. Sedikit demi sedikit membuat Italia menjaga jarak poin dan dengan mudah unggul 16-9 di TTO kedua. Dua poin langsung dengan spike keras yang dilakukan oleh Grobelny (bahkan tidak disentuh oleh pertahanan Italia) membantu Belgia mengejar poin semakin dekat, namun Italia menjawab dengan senjata yang sama dan Zaytsev mencetak poin kesekiannya. Pertahanan yang baik setelah serangan luar biasa, diikuti oleh blok rapat dari Italia, membuat Belgia jadi tumpul. Dan Akhirnya berkat serangan dari belakang garis Serang, dari Juantorena berhasil membuat Belgia makin terpuruk. Set ketiga berakhir 25-16.